Berawal
dari sekretariat tercinta Gemapita kita berlima menyiapkan alat pendakian untuk
satu minggu lamanya.. Awalnya kami akan berangkat sepuluh orang, namun beberapa
orang gugur dan menyisakan kami berlima aku (chenglie), goder, batang, bedes
dan lecek. Kami bertekat untuk berangkat walaupun kami hanya berlima. Namun
kami tak gentar. carrier terisi barang –
barang yang akan kami panggul di pundak kami telah siap. Carrier yang akan
tegak berdiri di pundak kami. Yaa kami akan melakukan pendakian bersama
menggapai puncak Argopuro Rengganis.. dimana terdapat dua puncak yang sama –
sama memiliki keindahan yang menakjubkan. Siang itu mobil yang akan
mengantarkan kami ke desa terakhir dimana kami mulai pendakian telah datang,
lambaian tangan penuh arti melambai – lambai, saudara – saudara tercinta
melambaikan tangan untuk kami, melepas kepergian kami. Roda mobilpun mulai
berputar , didalam mobilpun kami bercanda tawa riang dan lepas. Sore itu Sampai
di desa Baderan situbondo roda mobil berhenti, kami beristirahat di pos
perijinan desa baderan dan juga meminta ijin pendakian. Malamnya kami bertamu
ke tetua di desa baderan, kami ingin mendengarkan kisah tentang gunung argopuro
ituu yang mitosnya adalah gunung yang mempunyai kekuatan mistis yang kental.
Kami mendengarkan cerita dari tetua itu dengan bulukuduk yang berdiri, namun
itu hanyalah mitos kita boleh percaya atau tidak. Yang pasti kami tak gentar
menghadapi perjalanan esok hari.
Hari kedua.Matahari telah sedikit mengintip dengan malu. Kamipun
mulai bersiap – siap melangkahkan kaki kami, sebelum mulai melangkah tak lupa
kami memanjatkan doa kepada Sang Esa agar selalu melindungi kami disetiap
langkah kami. Dengan semboyan DALAM KEADAAN APAPUN KITA SELALU BERSAMA SUKSESS
!! langkah kaki kami mulai melangkah menuju mata air 1. Kanan dan kiri kami
masih ladang milik warga setempat, langkah kaki ini penuh semangat, yang buat
kami sakit hati ada beberapa motor milik warga yang selalu menyalip kami
berjalan membawa carrier di pundak kami. Namun kami tetap semangat dan pantang
menyerah. Canda dan tawa selalu kami lukiskan diperjalanan menuju mata air 1.
Tapi kami tetap fokus dan berhati – hati karena banyak persimpangan –
persimpangan yang bisa menyesatkan kami, kami selalu melihat stringline agar
kami tidak tersesat. Kaki kami tak terasa mulai menapaki hutan, jalan setapak yang di
sampingnya terdapat semak semak yang menjullang tinggi diangkasa. Langkah kaki
ini mulai semangat dan menyemangati satu sama lain. Akhirnya sampailah kami di
mata air 1 sore itu. Sesampainya disana kami tak langsung beristirahat, kami
berbagi tugas mendirikan tenda dan mengambil air yang letaknya 10 menit dari
tempat kami mendirikan tenda. Indahnya tempat ini tebing – tebing di kanan
kami, terlihat cucuran air terjun disela – sela tebing itu mengalir tinggi dan
deras, kabut terkadang menutupi lukisan alam tebing dan air terjun. Hari sudah
hampir gelap, kami membuat makanan dan menghidupkan perapian. Dimalam itu
kehangatan kekeluargaan dan persaudaraan kuat dan kental sekali, lukisan senyum
kami selalu terpancar lebar. Kami beristirahat , karena besok perjalanan menuju
cikasur akan kami lalui.
Hari ketiga. Jam
alarm berteriak membangunkan kami, kami bergegas embereskan barang – barang
kami dan meniapkan sarapan. Makan bersama dalam kebersamaan itu nikmat sekali,
walaupun dengan lauk yang sederhana. Tak lupa kami melakukan senam pagi sebelum
keberangkatan agar kami tidak kram. Dalam doa kami mulai melangkah DALAM
KEADAAN APAPUN KITA SELALU BERSAMA SUKSESS !! langkah kaki menuju cikasur.
Tetesan keringat kami teteskan, genggaman tangan sang saudara membantu kami
untuk melangkah. Di perjalan kami menemukan sumber mata air yang bernama mata
air dua. Naik turun jalan yang kami lewati, didepan mata kami terbentang
hamparan padang rumput yang luas dan lebat yaa didepan mata kami adalah
cikasur, tapi kami harus menyebrang sungai kecil yang terdapat tanaman arnong atau
selada air, kami mengambilnya sedikit untuk makan malam kami. Air mengalir
begitu jernih dan dingin, kami menyerupu air itu dan membasuh muka kami yang
lelah, ajaib dahaga hilang seketika dan wajah kami segar kembali. Sesampainya
dicikasur kami disambut oleh nyanyian merdu burung merak, burung merak dan ayam
hutan yang berlari bercanda melintas dihadapan kami, kami pun takjub karena
pelangi tersenyum menyambut kedatangan kami, kami beruntung karena bisa melihat
pelangi di cikasur. Tak lama kami menuju tempat camp kami melihat reruntuhan
bangunan yang sudah tua, yaa itu adalah lapangan terbang milik Belanda zaman
dahulu. Seketika bulu kuduk kami berdiri namun kami tidak menghiraukannya, kami
bergegas mendirikan tenda untuk tempat bernaung kami karena cahaya langit tak
lagi ada ditutupi oleh awan hitam yang menandakan hujan akan turun. Seketika
kami. Kami terkejut karena di reruntuhan bangunan muncul asap yang lama – kelamaan
menjadi tebal membumbung ke angkasa, namun kami tak menghiraukannya.
Hari keempat. Sudah tak terasa
sudah hari keempat kami berada di sini. Perjalanan kami tinggal sedikit lagi.
Kami melangkah menuju tempat yang bernama cisentor. Sudah beberapa hari ini
kami masih belum menemukan orang lain, hanya kami berlima. Perjalanan di
cisentor kami melewati padang safana yang bernama alun – alun besar dan alun –
alun kecil. Di alun – alun besar terdapat sebuah pohon yang besar dan kami
beristirahat disana sembari menikmati alam . tak berapa lama kami bertemu
dengan kelompok siswa pecinta alam dan pembina sispala tersebut yang tak lain
adalah alumni Gemapita. Kami bercerita dan bercanda tawa.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke cisentor. Di perjalanan menuju cisentor terdapat vegetasi khas argopuro yaitu
tanaman api dan para pendaki biasanya memberi nama jancukan karena jika kita
mengenai taman itu pasti kita berteriak jancuk karena kulit kita akan terasa
gatal dan terbakar. Sesampainya di cisentor kami mendirikan tenda dan ternyata
ada ada sekelompok orang, kami senang karena kami mempunyai teman. Kami
beristirahat karena kami besok akan menuju puncak .
Hari kelima. Pagi ini kami bersemangat dari pada hari lain,
karena hari ini kami akan menggapai puncak impian. Berlima kami saling
berpegangan tangan menuju puncak Argopuro dan Rengganis. Di tengah perjalanan
menuju puncak kami menemukan sebuah tempat yang bernama rowo embik. Tempat para
pendaki biasanya mengambil minum. Disana juga terhampar padang rumput dan
terdapat tanaman yang berbunga abadi ya tanaman itu adalah Anaphalis atau
Edelwise. Tanaman yang bisa tumbuh didaerah yang bersuhu dingin. Hamparan
edelwise memanjakan perjalanan kami. Sampai kami di persimpangan, kami
mengambil jalur kiri menuju Puncak Rengganis. Kami sampai di Puncak Renganis,
terdapat kawah mati dan tempat mandinya Dewi rengganis kala itu. Begitu indah
dan menakjubkan, yaa lautan di atas awan. Setelah kami menikmati lukisan alam
di Atas puncak Rengganis, kami pen turun dan berjalan ke arah kanan ke puncak
Argopuro, lebih tinggi dari pada puncak rengganis. Di puncak argopuro terdapat
pohon – pohon yang menjulang tinggi, dan terdapat bunga abadi. Setelah kami
menikmati lukisan alam itu kami turun dan bergegas kembali ke cisentor. Kami
kembali beristirahat karena perjalanan ke Taman hidup keesokan harinya akan sangat
panjang.
Hari keenam. Udara yang kami
hirup begitu sejuknya, menemani semangat kami akan melangkah menuju Taman
Hidup. Langkah kami penuh dengan semangat dan tersisipi oleh syairan – syairan
doa. Di tengah perjalanan kami sempat tersesat karena kami tidak menemukan
stringline, banyak pohon – pohon yang tumbang karena kebakaran hutan. Namun
kami tidak panik dan mencari dimana stringline gerangan. Terima kasuh Tuhan,
akhirnya kami menemukan stringline dan kembali melangkah, naik turun bukit
namun kami tidak kecewa karena lukisan alam yang begitu rupawannya menemani
setiap langkah kami. Di erjalanan ini kami menemukan ladang jancukan, kami
harus berhati – hati agar tidak terkena tanaman itu. Sampai disuatu tempat yang
kami harus mengeluarkan tenaga kamiyang ekstra, yaitu 7 bukit penyesalan, bukit
demi bukit kami langkahi dengan genggaman tangan yang penuh asa. Entah beberapa saat handphoneku berbunyii aku
terkejut , ternyata kami berada di cisinyal dimana terdapat sinyal telepon. Tak
terasa langit menangis tak tahan membendung air matanya, kami bersiap – siap
mengeluarkan jas hujan. Langkah kami ditemani tetesan hujan yang deras sampai
di Taman hidup. Taman hidup adalah sebuah danau yang dipinggirnya terdapat
gubuk. Indah sekali sangat indah, .
Hari
ketujuh. Pagi hari yang cerah siap mengantarkan kami pulang keperadapan.
Langkah kaki baja ini bersemangat menapaki jalanan setapak menuju desa terakhir
akhir pendakian kami. Yaa kami berjalan dan terus berjalan sampai di desa Bremi
probolinggo. Senang rasanya ketika kami menemukan
warga desa sekitar, karena kami sudah kembali keperadaban. Yaa kami berada di tengah hutan selama satu minggu melewati 3 kabupaten, situbondo jember dan terakhir probolinggo. Sesampainya disekret tercintaa kami disambut dengan pelukan hangat dari rangkaian tangan saudara kami.
warga desa sekitar, karena kami sudah kembali keperadaban. Yaa kami berada di tengah hutan selama satu minggu melewati 3 kabupaten, situbondo jember dan terakhir probolinggo. Sesampainya disekret tercintaa kami disambut dengan pelukan hangat dari rangkaian tangan saudara kami.
Inilah
cerita pendakian kami, inilah cerita kekeluargaan kami, inilah cerita senyuman
kami. DALAM KEADAAN APAPUN KITA SELALU BERSAMA SUKSESS !!
Taman Hidup
Cikasur
Puncak rengganis
Puncak Argopuro
Tim Gemapita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar